BANGKINANG (RIAUPOS.CO) - Tertinggalnya kemampuan literasi masyarakat Indonesia dari negara-negara lain, termasuk di kawasan Asia Tenggara, adalah tanggung jawab bersama yang harus "diperangi". Seluruh komponen masyarakat harus terlibat di dalamnya.
Pemerintah melalui Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan telah memcanangkan Program Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang diikuti Gerakan Literasi Daerah (GLD) di masing-masing provinsi dengan melibatkan seluruh komponen, termasuk komunitas literasi dan yang lainnya. Diharapkan juga bisa berkembang di sekolah-sekolah dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Jika gerakan-gerakan tersebut terlaksana dengan baik dan mampu membantu masyarakat menumbuhkan minat baca, tulis, dan sebagainya yang tercakup dalam unsur literasi, maka suatu saat Indonesia akan mampu mengejar negara lain yang sudah lebih dulu maju dalam persoalan ini.
Hal itu disampaikan Kepala Balai Bahasa Riau (BBR) Drs Songgo A Siruah saat pembukaan acara Diseminasi Gerakan Literasi Nasional (GLN) di Kabupaten Kampar, Senin (29/7) di Bangkinang. Songgo meminta dukungan masing-masing pemkab maupun pemkot yang ada di Riau, termasuk Pemkab Kampar, agar ikut menggemakan GLN, GLD dan GLS ini.
"Pada intinya harus ada gerakan. Gerakan itu adalah melakukan sesuatu, bukan diam saja. Jika tidak melakukan sesuatu, maka apa yang diinginkan tersebut tak akan terealisasi," jelas Songgo.
Sebagai Kepala BBR, ujar Songgo, dirinya langsung ditunjuk oleh Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, yang juga sebagai Ketua GLN, menjadi Ketua GLD di Riau. Untuk itu, katanya, jika tak mendapat dukungan dari pemangku kepentingan di Riau, termasuk sekolah-sekolah, maka upaya yang dilakukan oleh Badan Bahasa dan BBR tak akan berhasil.
"Untuk di Kampar ini, saya meminta bantuan Pak Kepala Dinas Pendidikan dan Keolahragaan Kampar agar program ini sampai dan terus dilaksanakan di sekolah-sekolah di kabupaten ini," ujar Songgo lagi.
Kepala Dinas Pendidikan dan Keolahragaan Kampar, Drs Muhammad Yasir MM yang hadir dalam acara tersebut dan sekaligus membuka kegiatan, sangat menyambut apa yang disampaikan oleh Kepala BBR. Menurut Yasir, tidak ada GLN maupun GLD pun, katanya, dia dan seluruh jajarannya, termasuk semua kepala sekolah di Kampar, sudah bekerja keras agar masyarakat Kampar berkembang dan maju dalam persoalan literasi ini.
"Kami sadar bahwa hanya pemerintah setempatlah yang laing dekat dengan masyarakatnya, dalam hal ini pemkab. Berbagai upaya sudah kami lakukan, termasuk ketika saya masih menjadi Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, kami bekerja keras agar masyarakat hingga ke pedesaan memiliki akses untuk membaca buku," ujar Muhammad Yasir.
Dia mengucapkan terima kasih karena pada tahun ini acara GLN yang diselenggarakan BBR menjadikan Kampar sebagai salah satu daerah penyelenggaraan. Dia juga berharap ke depan Kampar dimasukkan dalam daftar penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang dilakukan BBR.
Di bagian lain, ketua panitia pelaksana kegiatan ini, Sarmiani SPd, didampingin panitia lainnya, Sri Sabakti MHum, menjelaskan, kegiatan di Kampar ini peserta yang diikutkan adalah murid-murid SD. Menurutnya, penanaman nilai-nilai filosofis literasi memang bagus bagi anak-anak usia dini, termasuk murdi-murid SD.
"Paling tidak mereka diajari tentang dasar pemahaman bagaimana membaca yang baik, memahami isi bacaan, kemudian menuliskannya. Juga pemahaman dasar tentang kata baku, penulisan kalimat, atau paragraf," ujar Sarmianti.
Dijelaskan Sarmianti, acara ini diikuti oleh 100 murid SD dan 10 guru pendamping se Kabupaten Kampar. Mereka terlihat sangat antusias mengikuti acara dari awal hingga akhir. Semua siswa juga menyelesaikan tugas dengan baik dan penuh sukaria.
Materi yang disampaikan oleh para narasumber adalah bagaimana memahami teks dan kemudian menuliskannya kembali. Sebelumnya tiga narasumber, yakni Songgo A Siruah, Olyrinson, dan Hary B Koriun menyampaikan materi-materi ringan tentang literasi, terutama tentang bagaimana membaca dan menulis yang baik yang sesuai dengan kemampuan para murid.
Lalu para murid diberi bacaan tentang fabel dan mereka diminta untuk menuliskan kembali hasil bacaan itu sesuai versi para murid SD sendiri. Narasumber kemudian menilai hasil tulisan tersebut dan memilih 20 naskah yang dianggap lebih baik untuk diberi hadiah.
Yang menarik, kata Sarmianti, narasumber mengajak para murid untuk membaca dan menulis di alam terbuka, di kawasan wisata Stanum, Bangkinang, yang berbukit-bukit dan berhawa sejuk itu.
"Saya senang bisa memberikan sesuatu kepada murid-murid SD ini. Jika mereka terus diberi perhatian, pelatihan, dan pendampingan untuk terus menulis, minimal oleh guru-guru di sekolah masing-masing setelah acara ini, saya yakin mereka akan menjadi penulis yang baik di masa depan," jelas Olyrinson, salah seorang narasumber.
Menurut penulis kumpulan cerpen Sebutir Peluru dalam Buku ini, apa yang didapatkan para siswa dalam kegiatan ini hanyalah sebagai pembuka pintu. Setelah itu, para gurulah yang harus mengembangkan mereka di sekolah masing-masing.
Laporan: Fopin A Sinaga
Editor: Eko Faizin